GESTALT DAN PSIKOLOGI KOGNITIF

 GESTALT DAN PSIKOLOGI KOGNITIF

Pencetus psikologi gestalt


Pencetus utama dalam perkembangan psikologi gestalt adalah Max Wertheimer. Bersama dengan rekannya, Kurt Koffka dan Wolfgang Kohler, mereka merupakan tokoh-tokoh utama dalam gerakan  gestalt. Psikologi gestalt menekankan pentingnya memahami pengalaman dan persepsi manusia sebagai suatu keseluruhan yang lebih dari sekadar jumlah bagian-bagiannya.

A. Max Wertheimer (1880-1943) 

Max Wertheimer adalah seorang psikolog terkenal yang lahir pada 15 April 1880 di Praha. Awalnya, dia belajar ilmu hukum di Universitas Prague, tetapi kemudian dia beralih minat ke filsafat setelah menghadiri kuliah Ehrefels. Dia menyelesaikan pendidikan doktornya dengan predikat summa cum laude dan disertasinya fokus pada deteksi kebohongan di bawah bimbingan Kulpe.

Pada tahun 1904-1933, Wertheimer mengajar di beberapa universitas di Eropa. Namun, dia akhirnya harus meninggalkan Jerman karena pengaruh Nazi. Dia menerima tawaran untuk bekerja di berbagai universitas terkemuka, tetapi memilih untuk pindah ke New School for Social Research di New York pada tahun 1933. Dia menulis banyak artikel dalam bahasa Inggris tentang berbagai topik, seperti kebenaran, etika, demokrasi, dan kebebasan. Meskipun dia memiliki rencana untuk menerbitkan koleksi artikel ini dengan kata pengantar dari Albert Einstein, rencana itu tidak pernah terlaksana. Satu-satunya buku yang dia tulis adalah "Productive Thinking," yang diterbitkan setelah kematiannya pada tahun 1945. Penghargaan tertinggi dari Masyarakat Jerman diberikan kepada Wertheimer pada tahun 1988 sebagai pengakuan atas kontribusinya dalam bidang psikologi.


    B. Kurt Koffka (1886-1941)

Kurt Koffka adalah seorang psikolog yang lahir pada tahun 1886 di Berlin, Jerman. Dia meraih gelar doktornya dari Universitas Berlin pada tahun 1908 di bawah bimbingan Profesor Stumpf. Setelah itu, dia bekerja sebagai asisten di beberapa universitas Jerman sebelum akhirnya mendapatkan posisi di Universitas Giessen pada tahun 1924. Di sana, dia mulai bekerja sama dengan Max Wertheimer dan Wolfgang Kohler dalam gerakan Gestalt.

Pada tahun 1924, Koffka pindah ke Amerika Serikat dan menjadi profesor tamu di Cornell University dan University of Wisconsin sebelum akhirnya mendapatkan posisi tetap di Smith College di Massachusetts. Di Amerika Serikat, dia menulis artikel dalam bahasa Inggris yang dapat membantu mengklarifikasi bahwa Gestalt tidak hanya berfokus pada masalah persepsi, tetapi juga memiliki minat dalam berbagai aspek psikologi seperti filosofi, pembelajaran, dan berpikir.

Koffka juga menerbitkan buku penting tentang psikologi anak pada tahun 1921, yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris dengan judul "The Growth of the Mind: an Introduction to Child Psychology." Buku ini bertujuan untuk memberikan pandangan sistematis tentang teori Gerakan Gestalt. Buku ini didedikasikan kepada Kohler dan Wertheimer sebagai tanda terima kasih atas persahabatan dan inspirasi mereka.

C.Woflgang Kohler (1887-1967)

Wolfgang Kohler adalah seorang psikolog yang lahir di Estonia pada tahun 1887. Dia belajar di Universitas Berlin dan kemudian bergabung dengan gerakan Gestalt bersama Max Wertheimer dan Kurt Koffka. Selama waktu di Tenerife, dia mempelajari simpanse dan menerbitkan buku "Mentality of Apes" pada tahun 1917.

Selama Perang Dunia I, Kohler tinggal di Tenerife lebih lama karena perang, dan dia dikenal memiliki hubungan dengan pemerintah Jerman, mungkin sebagai mata-mata. Setelah kembali ke Jerman, dia menjadi profesor di berbagai universitas terkenal. Namun, ketika Nazi berkuasa, Kohler mulai kritis terhadap rezim Nazi, terutama dalam hal pengusiran orang Yahudi dari universitas. Pada tahun 1935, dia pindah ke Amerika Serikat dan bekerja di Swarthmore College. Kohler meninggal pada tahun 1967, ia dikenal karena kontribusinya pada psikologi Gestalt dan kritiknya terhadap operasionalisme dalam psikologi. Dia juga menjadi presiden American Psychological Association (APA) pada tahun 1959.



 Perceptual Constancies dan gestalten

a. Perceptual costancies

Perceptual constancy adalah kemampuan kita untuk merespons objek seolah-olah mereka tetap sama meskipun stimulasi yang diterima oleh indera kita dapat bervariasi. Para empiris menjelaskan bahwa ini terjadi karena adanya pembelajaran, di mana kita belajar untuk mengkoreksi perbedaan dalam sensasi objek yang terjadi pada sudut, posisi, dan tingkat pencahayaan yang berbeda. Mereka menggambarkan bahwa saat kita bisa melupakan semua yang telah kita pelajari, kemudian kita akan melihat dunia sekitar  sebagai sekumpulan bintik-bintik beraneka ragam yang tidak memiliki makna atau bentuk.

Namun, kaum Gestaltis berpendapat bahwa persepsi ini adalah hasil langsung dari aktivitas otak yang berkelanjutan dan bukan akibat dari pembelajaran atau sensasi semata. Mereka mengklaim bahwa kita mengalami objek sebagai sesuatu yang tetap sama karena hubungan antara objek tersebut dan objek lainnya tetap sama, sehingga aktivitas otak kita juga tetap sama. 

Contohnya seperti persepsi kecerahan dijelaskan sebagai persepsi langsung terhadap rasio kecerahan antara objek dan latar belakangnya yang tetap konstan, hingga menciptakan pola rangsangan dalam sistem saraf kita.

Jadi, perceptual Constancies dapat dijelaskan sebagai kemampuan kita untuk melihat objek sebagai sesuatu yang tetap sama dalam berbagai kondisi. Pandangan empiris menekankan pembelajaran sebagai penyebabnya, sementara pandangan Gestaltis menekankan hubungan konstan antara objek dan lingkungannya yang tercermin dalam aktivitas otak sebagai penyebabnya.


b. Perceptual gestalten

a. Hubungan Gambar-Latar Belakang

       Menurut psikolog Denmark, Edgar Rubin, jenis persepsi paling dasar adalah pembagian bidang perseptual menjadi dua bagian, yaitu gambar yang jelas, bersatu, dan menjadi objek perhatian, serta latar belakang yang kabur dan terdiri dari segala sesuatu yang tidak diperhatikan. Hubungan seperti ini disebut hubungan gambar-latar belakang.

b. Prinsip-prinsip Organisasi Persepsi Gestalt

      Selain menjelaskan persepsi gambar-latar belakang, Gestaltis juga menggambarkan suatu prinsip di mana elemen-elemen persepsi diorganisir menjadi konfigurasi. Beberapa prinsip tersebut meliputi:


1.Kontinuitas

Stimulus yang memiliki kelanjutan satu sama lain akan dirasakan sebagai unit perseptual. 

Contohnya garis-garis yang berkelanjutan akan dianggap sebagai dua garis lengkung.

2.Kedekatan

Stimulus yang berdekatan cenderung dikelompokkan sebagai unit perseptual.

3.Inklusivitas

Ketika ada lebih dari satu gambar maka kita akan cenderung melihat gambar yang memiliki jumlah stimulus terbanyak.

4.Kemiripan

Objek yang mirip dalam beberapa hal cenderung membentuk unit perseptual. 

5.Penutupan

Gambar yang tidak lengkap dalam dunia fisik akan dirasakan sebagai gambar yang lengkap oleh otak kita. 


Subjective dan objective reality

Koffka, seorang psikolog Gestalt, mengemukakan gagasan penting tentang perbedaan antara lingkungan geografis dan lingkungan perilaku. Dia menekankan bahwa apa yang kita sadari dan apa yang kita lakukan pada suatu waktu merupakan produk dari otak kita daripada dunia fisik sekitar kita. Koffka menggunakan sebuah cerita klasik Jerman untuk mengilustrasikan perbedaan ini

Cerita tersebut mengisahkan seorang pria yang tiba di sebuah penginapan dalam badai salju di musim dingin. Pemilik penginapan bertanya kepada pria tersebut dari mana ia datang, dan pria itu menunjuk ke arah Danau Constance, sebuah danau yang terkenal. Pemilik penginapan terkejut karena pria itu mengatakan bahwa dia telah berkuda melintasi Danau Constance. Namun, kenyataannya adalah bahwa danau itu telah membeku dan ditutupi oleh salju, sehingga pria tersebut sebenarnya hanya berkuda melintasi dataran yang ditutupi salju biasa.Meskipun fakta geografis adalah bahwa pria itu berada di dekat Danau Constance, perilaku sebenarnya sama seperti saat dia  berkuda di dataran salju biasa.

Koffka menggunakan cerita ini untuk menggambarkan perbedaan antara lingkungan geografis dan lingkungan perilaku. Dalam contoh tersebut, pria itu sebenarnya tidak berkuda melintasi Danau Constance dalam pengertian perilaku, meskipun secara geografis berada di sana.Poin utama yang ingin disampaikan oleh Koffka adalah bahwa realitas subjektif kita dan cara kita menginterpretasinya memiliki pengaruh besar terhadap perilaku kita.


Penjelasan gestalt tentang pembelajaran teori lewin

Kurt Lewin adalah seorang psikolog asal Jerman yang lahir pada 9 September 1890. Dia memiliki kontribusi besar dalam bidang psikologi, terutama dalam pemahaman tentang motivasi, konflik, dan dinamika kelompok. Berikut adalah beberapa konsep utama dalam karyanya:

1. Konsep Aristotelian versus Galilean dalam Ilmu Pengetahuan

Lewin membedakan antara pandangan alam Aristoteles yang menekankan esensi dan kategori inner dengan pandangan Galileo yang menekankan penyebab luar dan dinamika kekuatan. Aristoteles berpandangan bahwa objek alamiah termasuk dalam kategori berdasarkan esensinya, sementara Galileo lebih fokus pada penyebab luar dan gaya fisik. Lewin percaya bahwa ilmu pengetahuan harus beralih dari pandangan Aristoteles yang mencari determinan inner perilaku ke pandangan Galileo yang menggambarkan bahwa perilaku manusia dipengaruhi oleh kekuatan dinamis yang kompleks.

2.Konsep Ruang Hidup (Life Space)

Lewin mengembangkan konsep "ruang hidup," yang merupakan semua pengaruh dapat mempengaruhi seseorang pada suatu waktu tertentu. Ini termasuk kesadaran akan peristiwa internal dan eksternal, serta pengalaman masa lalu. Menurut Lewin, faktor-faktor psikologis dalam ruang hidup seseorang saat ini adalah sesuatu yang memengaruhi pemikiran dan perilaku mereka. Ia percaya bahwa realitas subjektif seseorang lebih penting daripada realitas fisik.

3.Konsep Motivasi

Lewin berpendapat bahwa motivasi manusia muncul dari kebutuhan, baik biologis maupun psikologis, sehingga menciptakan ketegangan dalam ruang hidup seseorang. Ketegangan ini hanya dapat diatasi dengan memuaskan kebutuhan tersebut. Ia membedakan antara kebutuhan biologis dan psikologis yang ia sebut "quasi needs." Contoh psikologis adalah keinginan memiliki mobil atau pergi ke konser.Lewin juga dikenal atas eksperimennya yang menghasilkan "efek Zeigarnik," di mana orang cenderung lebih baik mengingat tugas-tugas yang tidak selesai daripada yang sudah selesai.

             4.Konsep Konflik

Lewin melakukan penelitian tentang konflik manusia, terutama tiga jenis konflik: konflik pendekatan-pendekatan (ketika seseorang tertarik pada dua tujuan sekaligus), konflik penghindaran-penghindaran (ketika seseorang tidak suka pada dua tujuan yang sama-sama tidak menarik), dan konflik pendekatan-penghindaran (ketika seseorang memiliki perasaan bercampur tentang satu tujuan). Lewin memahami bahwa konflik dapat mempengaruhi perilaku dan keputusan seseorang.

             5.Dinamika Kelompok

Lewin juga memperluas prinsip-prinsip Gestalt ke perilaku kelompok. Dia percaya bahwa kelompok dapat dilihat sebagai sistem fisik di mana perilaku anggota dipengaruhi oleh konfigurasi medan energi yang ada. Lewin melakukan penelitian tentang pengaruh kepemimpinan terhadap kinerja kelompok, hasilnya menunjukkan bahwa jenis kepemimpinan dapat memengaruhi suasana dan produktivitas kelompok.

Kurt Lewin meninggal pada tahun 1947, tetapi pengaruh besar dari karyanya masih terasa dalam psikologi saat ini, terutama dalam pemahaman tentang motivasi, konflik, dan dinamika kelompok.

 

Perkembangan psikologi kognitif

Perkembangan Sebelum 1950

Pada awal tahun 1926, Jean Piaget mulai mempublikasikan penelitian tentang perkembangun intelektual. Piaget menunjukkan bahwa interaksi seorang anak dengan lingkungan menjadi lebih kompleks dan adaptif ketika struktur kognitifnya menjadi lebih terasah melalui pemotongan dan pengalaman. Menurut Piaget struktur kognitif terdin dari skema yang menentukan kualitas interaksi seseorang dan lingkungan.

Psikologi Gestalt dan behaviorisme radiokimia juga dioptimalkan pada waktu yang hampir bersamaan (1912 dan 1913). Para Gestaltis yang berorientasi kognitif dapat diibaratkan sebagai duri dalam daging bagi para behavioris. Para behavioris metodologis seperti Hull dan Tolman mendalikan peristiwa yang mengintervensi antara rangsangan dan respon. Bagi Hull, variabel-variabel perantara ini bersifat fisiologis, tetapi bagi Tolman sebagian besar bersifat kognitif

Pada tahun 1942 Carl Rogers (1902-1987) menerbitkan “Counseling and Psychotherapy: Newer Concepts in practico” yang menantang behaviorisme radikan dan psikoanalisis dengan menekankan pentingnya pengalaman sadar dalam situasi terapeutik. Pada tahun 1943, Abraham Maslow (1908-1970) mengemukakan teori motivasi manusia berdasarkan hirarki kebutuhan. Pada 1948 Norbert Wiener (1894-1964) mendefinisikan sibernetika sebagai studi tentang struktur dan fungsi dari pemrosesan informasi. Pada tahun 1949 Claude E. Shannon dan Warren Weaver mencari cara untuk meningkatkan kemurnian pesan saat dikirim hingga diterima.

 

Perkembangan Selama 1950

Menurut Bernard Boars (1986), "Tidak diragukan lagi bahwa George A. Miller merupakan pemimpin yang paling efektif dalam psikologi kognitf. Miller berpendapat bahwa psikologi kognitif modern dimulai saat simposium tentang teori informasi yang di sponsori Massachusetts Institute of Technology pada tanggal 10-12 September 1956. Pada tahun 1951, Karl Lashley (1890-1958) berpendapat bahwa penjelasan tentang prilaku berantai yang dikemukakan oleh kaum behavioris yang menekankan pentingnya stimulasi eksternal tidaklah cukup. Leon Festinger (1919-1989) mencatat bahwa ide-ide yang dimasuki oleh seseorang bisa berkemungkinan cocok atau tidak cocok satu sama lain.

Pada awal tahun 1950-an Jerome Buruner mulai tertarik pada pemikiran konsep dan tahun 1955 ia membantu Sir Frederic Barlett dalam mengatur Cambriage, salah satu konferensi pertama tentang parkologi kognitif (Bruner, 1980). Selama tahun 1950-an para ahli teori humanistik seperti Maslow, Kelly, Rogers, dan May terus mengembangkan ide-ide mereka, seperti halnya para ahli psikologi gestalt dan psikoanalis.

Perkembangan Setelah 1950

Pada tahun 1960, Miller, Eugene Balanter, dan Karl Pearson menerbitkan buku “Plans and the Structure of Behavior” yang menyatakan bahwa konsep-konsep sibernetik dapat menjelaskan perilaku yang diarahkan pada tujuan lebih baik, sekurang-kurangnya secara objektif.

Pada tahun 1890 William James telah mendefinisikan psikologi sebagai ilmu tentang kehidupan mental. Kemudian pada tahun 1962 Miller dengan sengaja menggunakan definisi James sebagai judul buku. Pada tahun 1963, Miller mendapatkan penghargaan sebagai kontribusi ilmiah terhormat oleh APA dan menjabat sebagai presiden APA tahun 1969, serta menerima medali emas seumur hidup dalam ilmu psikologi dan APA tahun 1990. Setelah cengkeraman behaviorisme khususnya behaviorisme radiokognitif telah dilonggarkan, banyak upaya sebelumnya dalam psikologi kognitif eksperimental dihargai.



Referensi

B.R.Hergenhahn. (2009). An Introduction to the History of Psychology 6th edition.

Canada: Wadsworth Cengage Learning.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSES DAN FUNGSI MENTAL : Sensasi dan Persepsi

LEARNING DAN INTELEGENSI

MOTIVASI DAN EMOSI