MOTIVASI DAN EMOSI

 MOTIVASI DAN EMOSI



Motivasi

Motivasi adalah proses dimana aktivitas dimulai, diarahkan, dan dilanjutkan sehingga kebutuhan atau keinginan fisik atau psikologis terpenuhi (Petri, 1996). Kata itu sendiri berasal dari kata Latin movere yang berarti “bergerak”. Motivasi adalah apa yang “menggerakkan” orang untuk melakukan hal-hal yang mereka lakukan. Misalnya, ketika seseorang sedang bersantai di depan televisi dan mulai merasa lapar, kebutuhan fisik akan makanan dapat menyebabkan orang tersebut bangun, pergi ke dapur, dan mencari sesuatu untuk dimakan. Kebutuhan fisik akan rasa lapar menimbulkan tindakan (bangun), mengarahkannya (pergi ke dapur), dan menunjang pencarian (mencari atau menyiapkan sesuatu untuk dimakan).

Pendekatan awal untuk untuk memahami motivasi

a. Naluri dan pendekatan evolusioner

Upaya awal untuk memahami motivasi berfokus pada pola perilaku yang ditentukan secara biologis dan bawaan yang disebut naluri yang ada pada manusia dan hewan. Sama seperti hewan yang diatur oleh naluri mereka untuk melakukan aktivitas seperti bermigrasi, membangun sarang, kawin, dan melindungi wilayah mereka, para ahli teori evolusi mengusulkan bahwa manusia juga dapat diatur oleh naluri serupa. Misalnya, menurut para ahli teori ini, naluri manusia untuk bereproduksi bertanggung jawab atas perilaku seksual, dan naluri manusia untuk melindungi wilayah mungkin terkait dengan perilaku agresif.

b. Drive reduction theory

Pendekatan pemahaman motivasi selanjutnya berfokus pada konsep kebutuhan dan dorongan. Kebutuhan adalah kebutuhan akan beberapa bahan (seperti makanan atau air) yang penting untuk kelangsungan hidup organisme. Ketika suatu organisme mempunyai kebutuhan, hal itu menimbulkan ketegangan psikologis serta gairah fisik yang memotivasi organisme tersebut untuk bertindak guna memenuhi kebutuhan tersebut dan mengurangi ketegangan tersebut. Ketegangan ini disebut drive (Hull, 1943).

Teori reduksi dorongan mengusulkan hubungan antara keadaan fisiologis internal dan perilaku luar. Dalam teori ini, ada dua macam penggerak. Dorongan primer adalah dorongan yang melibatkan kebutuhan tubuh untuk bertahan hidup seperti rasa lapar dan haus, sedangkan dorongan yang diperoleh (sekunder) adalah dorongan yang dipelajari melalui pengalaman atau pengondisian, seperti kebutuhan akan uang atau pengakuan sosial atau kebutuhan mantan perokok untuk merokok memiliki sesuatu untuk dimasukkan ke dalam mulut mereka.


MCCLELLAND’S THEORY: AFFILIATION, POWER, AND ACHIEVEMENT NEEDS

    Menurut McClelland, manusia memiliki kebutuhan psikologis akan interaksi sosial yang bersahabat dan hubungan dengan orang lain. Disebut kebutuhan akan afiliasi (disingkat nAff dalam tulisan McClelland), orang-orang dengan kebutuhan yang tinggi ini berusaha untuk disukai oleh orang lain dan dijunjung tinggi oleh orang-orang di sekitar mereka. Hal ini membuat orang-orang dengan afiliasi tinggi menjadi pemain tim yang baik, sedangkan orang yang berprestasi tinggi mungkin saja akan bertemu dengan beberapa anggota tim dalam perjalanan menuju puncak.

    Kebutuhan psikologis kedua yang dikemukakan oleh McClelland adalah kebutuhan akan kekuasaan (nPow). Kekuasaan bukanlah tentang mencapai suatu tujuan tetapi tentang memiliki kendali atas orang lain. Orang yang memiliki kebutuhan tinggi ini ingin mempunyai pengaruh terhadap orang lain dan memberi pengaruh pada mereka. Mereka ingin ide-idenya yang digunakan, terlepas dari apakah idenya akan membawa kesuksesan.

    Kebutuhan untuk berprestasi (nAch) melibatkan keinginan yang kuat untuk berhasil mencapai tujuan, tidak hanya tujuan yang realistis tetapi juga tujuan yang menantang. Orang yang memiliki nAch tinggi mencari karier dan hobi yang memungkinkan orang lain menilainya, karena orang yang berprestasi tinggi ini juga perlu mendapat umpan balik tentang kinerjanya selain pencapaian dalam mencapai tujuan.


PERSONALITY AND NACH: CAROL DWECK’S SELF-THEORY OF MOTIVA

    Konsep ini terkait dengan gagasan locus of control yang jauh lebih tua, yaitu orang-orang yang berasumsi bahwa mereka memiliki kendali atas apa yang terjadi dalam hidup mereka dianggap berada dalam locus of control internal, dan mereka yang merasa bahwa kehidupan mereka dikendalikan oleh pihak yang berkuasa. yang lain, keberuntungan, atau nasib dianggap berada di luar kendali.

    Dweck telah mengumpulkan banyak penelitian empiris, khususnya di bidang pendidikan, untuk mendukung gagasan bahwa “teori” orang tentang diri mereka sendiri dapat mempengaruhi tingkat motivasi berprestasi dan kemauan mereka untuk terus berusaha mencapai kesuksesan dalam bidang pendidikan. menghadapi kegagalan.Menurut penelitian ini, orang dapat membentuk salah satu dari dua sistem kepercayaan tentang kecerdasan, yang pada gilirannya mempengaruhi motivasi mereka untuk berprestasi. Mereka yang percaya bahwa kecerdasan itu tetap dan tidak dapat diubah sering kali menunjukkan locus of control eksternal ketika menghadapi kesulitan, sehingga membuat mereka mudah menyerah atau menghindari situasi di mana mereka mungkin gagal—sering kali memastikan kegagalan mereka sendiri dalam proses tersebut.

Pendekatan Arousal dan incentive

    Dalam teori arousal, orang dikatakan mempunyai tingkat ketegangan yang optimal (terbaik atau ideal). Kinerja tugas, misalnya, mungkin terganggu jika tingkat gairah terlalu tinggi (misalnya kecemasan menghadapi ujian yang parah) atau bahkan jika tingkat gairah terlalu rendah (misalnya kebosanan). Untuk berbagai jenis tugas, tingkat gairah yang moderat tampaknya adalah yang terbaik. Hubungan antara kinerja tugas dan gairah telah dijelaskan oleh hukum Yerkes-Dodson, meskipun Yerkes dan Dodson merumuskan hukum tersebut mengacu pada intensitas stimulus, bukan tingkat gairah.

    Dalam pendekatan insentif, perilaku dijelaskan berdasarkan rangsangan eksternal dan sifat-sifat imbalannya. Properti yang bermanfaat ini ada secara independen dari kebutuhan atau tingkat gairah apa pun dan dapat menyebabkan orang bertindak hanya berdasarkan insentif.Pendekatan insentif tidak menjelaskan motivasi di balik semua perilaku. Banyak ahli teori saat ini melihat motivasi sebagai hasil dari “dorongan” kebutuhan atau dorongan internal dan “tarikan” dari stimulus eksternal yang bermanfaat. Sebagai contoh, kadang-kadang seseorang sebenarnya merasa lapar (dorongan) namun memilih untuk memuaskan dorongan tersebut dengan memilih permen batangan dibandingkan batang seledri. Permen batangan memiliki daya tarik lebih bagi kebanyakan orang, dan oleh karena itu, daya tariknya lebih besar daripada seledri. (Sejujurnya, bagi kebanyakan orang, apa saja lebih menarik daripada seledri.)


Pendekatan Humanistik

Teori kebutuhan maslow

Teori humanistik pertama didasarkan pada karya Abraham Maslow (1943, 1987). Sebagaimana dijelaskan dalam video Maslow’s Hierarchy of Needs, Maslow mengemukakan bahwa ada beberapa tingkatan kebutuhan yang harus diusahakan untuk dipenuhi oleh seseorang sebelum mencapai tingkat pemenuhan kepribadian tertinggi. Menurut Maslow, aktualisasi diri adalah titik yang jarang tercapai—dimana manusia telah memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang lebih rendah dan mencapai potensi kemanusiaannya secara penuh.

Orang-orang naik piramida seiring mereka menjalani hidup, memperoleh kebijaksanaan dan pengetahuan tentang cara menangani berbagai situasi. Namun perubahan keadaan hidup dapat mengakibatkan pergeseran ke kebutuhan yang lebih rendah. Pergerakan ke atas dan ke bawah lalu kembali ke atas dapat sering terjadi bahkan dari satu jam ke jam berikutnya. Saat-saat dalam kehidupan seseorang di mana aktualisasi diri dicapai, setidaknya untuk sementara, disebut pengalaman puncak. Bagi Maslow, proses pertumbuhan dan aktualisasi diri adalah upaya untuk mewujudkan pengalaman puncak berulang kali.

Self Determination theory

Dalam teori ini, ada tiga kebutuhan bawaan dan universal yang membantu orang memperoleh kesadaran diri yang utuh dan hubungan yang sehat dan utuh dengan orang lain. Kebutuhan ketiga tersebut adalah otonomi, atau kebutuhan untuk mengendalikan perilaku dan tujuan sendiri (yaitu, penentuan nasib sendiri); kompetensi, atau kebutuhan untuk mampu menguasai tugas-tugas tantangan dalam hidup seseorang; dan keterhubungan, atau kebutuhan untuk merasakan rasa memiliki, keintiman, dan keamanan dalam hubungan dengan orang lain. Kebutuhan-kebutuhan ini umum dalam beberapa teori kepribadian; kebutuhan akan keterhubungan, tentu saja, mirip dengan kebutuhan akan rasa memiliki dan cinta dari Maslow, dan baik otonomi maupun kompetensi merupakan aspek penting dari teori perkembangan kepribadian psikososial Erikson.


Emosi

Emosi adalah aspek kesadaran “perasaan”, yang ditandai dengan gairah fisik tertentu, perilaku tertentu yang mengungkapkan emosi kepada dunia luar, dan kesadaran batin akan perasaan.

3 elemen emosi :

a. Fisiologi emosi

Secara fisiologis, emosi adalah rangsangan dari sistem saraf simpatik, dan dapat menciptakan reaksi fisiologis seperti jantung berdebar, keringat berlebihan di bagian- bagian tertentu, dan lainnya.

b. Perilaku Emosi → Ekspresi Emosi

Pada saat seseorang merasakan emosi maka akan mempengaruhi ekspresi wajah, gerakan tubuh, maupun suatu tindakan yang dapat mempengaruhi orang lain mengenai perasaannya. Ekspresi wajah dapat bervariasi tergantung budaya yang dianut, namun beberapa aspek ekspresi wajah bersifat universal. Sebagaimana yang dijelaskan oleh Ekman dan Friesen (1969) menemukan bahwa berbagai orang yang berasal dari berbagai budaya, secara universal dapat mengidentifikasi tujuh ekspresi wajah berupa : marah, takut, bahagia, terkejut, sedih, jijik dan penghinaan. Emosi dan cara mengekspresikan wajah itu bersifat universal, tetapi apakah hal tersebut ditampilkan tergantung bagaimana budaya yang dipelajari itu menampilkan emosi.

c. Pengalaman subjektif → labelling

Dengan adanya emosi, maka perlunya memberikan label pada perasaan subjektif yang dirasakan seperti marah, takut, jijik, sedih, bahagia, malu, tertarik dan lainnya. Cara lain untuk melabeli elemen ini adalah dengan menyebutnya elemen kognitif. Dikarenakan proses pelabelan emosi merupakan suatu cara bagaimana dapat mengingat kembali pengalaman serupa yang pernah dirasakan, memahami konteks dari emosi, dan menemukan solusi label. Label yang diterapkan oleh seseorang dipengaruhi oleh bahasa dan budaya yang dianut oleh orang tersebut. Label tersebut mungkin bisa berbeda dengan orang lain yang dipengaruhi oleh bahasa dan budaya yang berbeda pula.

Fungsi emosi

a.Sebagai Energizer

Emosi memiliki peran untuk memberikan pembangkit energi. Contohnya ketika manusia memiliki emosi marah, marah menggerakkan untuk menyerang, ketika ada emosi takut, manusia digerakkan untuk lari dan berteriak, dan lainnya.

b.Messenger

Emosi berperan sebagai pembawa pesan, dan membuat orang lain tau atas kondisi yang sedang kita alami. Contohnya, ketika menampakkan kesedihan kita, orang-orang akan memahami bahwa kita sedang sedih dan relatif akan menanyakan kondisi kita. Begitu pula ketika kita sedang tersenyum (ekspresi emosi senang) orang-orang akan memahami bahwa kita sedang senang.

c.Komunikasi Intrapersonal dan Interpersonal

Emosi yang disalurkan manusia menurut banyak penelitian dapat dipahami secara universal atau menyeluruh. Contohnya ketika kita berpidato di depan khalayak ramai, maka dibutuhkan emosi yang tepat agar yang disampaikan dapat tersalurkan dengan baik ke pendengar.









Komentar

Postingan populer dari blog ini

PROSES DAN FUNGSI MENTAL : Sensasi dan Persepsi

LEARNING DAN INTELEGENSI